Wednesday, December 8, 2010

sahabatku..


sahabatku..
Sahabatku..
 
Kepadamulah aku selalu berlari jika ada masalah yang menimpaku. Apapun masalahnya, entah masalah pekerjaan, masalah keluarga, masalah ekonomi, apalagi masalah yang berhubungan dengan perasaanku, aku pasti akan berlari menujumu. Aku akan merapat ke pelukmu.
 
Karena aku tau, engkau akan dengan suka cita menyambutku. Dengan kedua telingamu, yang akan setia mendengarkanku, dengan kedua matamu, yang akan selalu menatapku penuh kasih, dengan kedua tanganmu yang tak akan pernah berhenti mengusap air mataku yang selalu saja jatuh meski sudah berusaha ku tahan. Bahkan dengan kedua bahumu yang tak ragu memelukku ketika akhirnya aku terguncang. Dan yang tidak pernah ketinggalan dan selalu kau siap berikan kapan saja adalah hatimu. Hatimu yang tulus yang selalu menawarkan kejujuran.
Sahabatku..
 
Bukan hanya sekali dua kali aku mencarimu. Mungkin kamu sudah mulai bosan mendengarkan ceritaku tentang permasalahan yang sama. Tentang aku yang keras kepala, tentang aku yang terlalu bodoh, tentang kesalahan-kesalahan tidak penting yang kulakukan, tentang penyakitku, tentang kebiasaan-kebiasaan burukku, tentang cita-citaku, tentang keinginanku. Tapi ternyata tidak. Kamu masih dengan keadaanmu yang sama, yang tidak berubah sedikitpun. Kamu masih tetap tersenyum, tetap bersabar, tetap mencari solusi yang terbaik dari semuanya itu.

Sahabatku..
 
Masih ingatkah di benakmu ketika aku tiba-tiba menghubungimu dan tidak lama kemudian kamu datang ke tempatku? Pada saat itu aku hanya menangis di telepon, aku tidak bercerita apapun, dan terdengar dari suaramu, kamu sangat mengkhawatirkan aku. Sehingga jarak yang membentang luas diantara kita tidak menyurutkan niatmu untuk segera menemuiku dan memastikan bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak pernah lupa peristiwa itu, karena kamu telah berhasil menyelamatkan jiwaku. Jiwa yang terlalu rapuh atas ketidakjujuran seorang pasangan. Mungkin jika kamu tidak segera datang, aku tidak akan pernah bisa menangis lagi di bahumu.

Sahabatku..
 
Aku masih ingat ketika aku baru saja memasuki dunia kerja dan mendapat batu sandungan oleh rekan sekantorku. Aku yang terlalu polos waktu itu mennganggap bahwa dunia kerja sudah berakhir bagiku. Tapi kamu datang disaat yang sangat tepat. Kamu sadarkan aku bahwa aku bisa menghadapi semuanya jika memang aku tidak melakukan kesalahan. Dan hasilnya, aku malah dipromosikan sebagai seorang supervisor. Jika saja aku mengikuti emosiku dan tidak mendengarkan perkataanmu, entah apa jadinya aku sekarang.

Sahabatku..
 
Tidak akan pernah kulupakan ketika kita berdua sedang kecewa karena cinta. Kita berdua melakukan hal-hal yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya. Kita bernyanyi di tempat karaoke dengan daftar lagu yang semuanya tentang patah hati. Berteriak-teriak tepatnya. Tidak memperdulikan nada,irama, yang penting saat itu kita bisa melepaskan emosi kebencian kita kepada seseorang. Setelah itu, kita berdua berjalan kaki menelusuri jalanan dengan tertawa-tawa sekerasnya, acuh tak acuh meski banyak orang memandang heran pada kita. Kita berdua minum beer, berceloteh sana sini sampai akhirnya kita merasa lelah dan pulang dengan kebahagiaan yang luar biasa.
Setelah kejadian itu, kita tersadar, bahwa kita berdua adalah makhluk paling berbahagia di dunia.

Sahabatku..
 
Apa yang kamu lakukan ketika aku memberitahu bahwa aku sakit dan harus dirawat di rumah sakit? Dengan kekawatiran yang sangat, kamu rela tinggalkan semua tugas dan kewajibanmu hanya untuk memastikan aku benar-benar di rawat. Karena kamu sangat paham kebiasaanku yang selalu menganggap remeh penyakitku. Waktu itu aku hanya tertawa melihatmu panic melebihi aku sendiri. Entah kenapa, sejujurnya ketika kamu datang, penyakitku sudah hilang dan aku merasa baik-baik saja. Tetapi kamu memaksaku agar aku tetap dirawat inap. Tanpa bisa kubantah akhirnya akupun terpaksa diinfus dan dirawat selama 3 hari. Peristiwa yang tidak aku suka, tetapi akhirnya menyadarkanku akan arti kesehatan.

Sahabatku..
 
Terkadang aku sebal jika kamu terlalu protektif terhadapku. Terlebih bila menyangkut seorang pasangan hidup. Kamu selalu melakukan analisa terhadap hubunganku dengannya. Apalagi jika menyangkut tentang ‘sang mantan’. Aku tidak akan berani bercerita kepadamu jika aku sedang bertemu kembali dengan sang mantan itu. Aku tidak akan jujur kepadamu bahwa aku bahagia luar biasa bisa menghabiskan waktu dengannya. Tapi aku paham mengapa kamu melakukan itu semua. Bukan karena kamu cemburu kalau aku akan melupakanmu, bukan juga karena kamu iri hati karena aku bisa bersenang-senang dengan seseorang selain kamu. Bukan. Tapi karena alasan, kamu tidak ingin melihat air mataku lagi. Air mata yang sudah terlalu sering kuteteskan karena dia. Memang tidak kau pungkiri bahwa kamu juga akan merasa bahagia bila melihat aku bisa tersenyum lagi.

Sahabatku..
 
Waktu ada seseorang yang terkesan melecehkan aku, kamu lah yang pertama kali berkata, “aku tidak terima”, dan kemudian melakukan aksi serangan balik. Disaat aku hanya bisa berkata, “biarkan saja”, kamu malah sudah melakukan tindakan tegas dengan menyuruhnya minta maaf jika tidak ingin dilaporkan kepihak yang berwajib. Kamu adalah orang yang tidak ingin melihat aku diremehkan orang lain, karena kamu percaya bahwa aku tidak pantas untuk diperlakukan seperti itu. Karena kamu sangat memahami aku luar dalam. Sangat mengerti bagaimana pribadiku.

Sahabatku..
 
Ketika satu saat kita ingin merasakan menjadi ‘anak gaul’ tetapi ternyata keadaan ekonomi dan keadaan lainnya yang tidak memungkinkan untuk seperti itu, kita tetap berusaha untuk menjadi ‘anak gaul’ versi kita. “Versi gembel” sebutannya. Kita cukup menghabiskan malam dengan nongkrong di pinggir jalan, mengobrol sana sini, menghisap rokok yang sama, meminum minuman yang sama dan memakan makanan yang sama, semua berkelas anak jalanan. Terkadang kita terbahak berdua, terkadang kita terdiam berdua, terkadang kita menangis berdua. Tanpa ada iringan music dari live band, ataupun music racikan seorang Disc Jockey, hanya ada iringan suara raungan knalpot dari angkutan umum maupun angkutan pribadi yang lewat. Jika kita beruntung, akan ada iringan lagu dari suara dan petikan gitar para mahasiswa jurusan seni yang sedang nongkrong di tempat yang sama. Menyedihkan? Bagi kita, itu adalah hal yang terindah dalam hidup.

Sahabatku..
 
Mungkin karena kamu terlalu memanjakanku, maka hanya kepadamu aku sering meminta tolong. Karena kamu tau, hanya kamu yang akan menolongku dengan sukarela, tanpa imbalan apapun. Ketika kamar kos ku terlihat berantakan dan kotor dengan debu, kamu dengan senang hati membantuku untuk membersihkannya. Dan ketika pesawat televisi milikku rusak, tanpa disuruh kamu langsung berinisiatif urnuk membongkar dan menemukan kerusakannya. Tidak lebih dari 1 hari, aku kembali dapat menikmati siaran televisi.

Sahabatku..
 
Tidak hanya urusan duniawi kita saling membutuhkan. Untuk urusan religipun demikian. Kamu selalu mengingatkanku untuk pergi ke gereja, bahkan kamu terkadang memaksa untuk bisa mengantar dan menjemputku seusai aku menjalankan ibadah jika aku terpaksa harus berangkat sendirian karena tidak ada teman. Kita memang berbeda keyakinan, tapi aku merasakan keindahan yang luar biasa. Aku biasa membuatkan sahur atau menyiapkan buka untukmu pada saat bulan puasa, aku biasa mengingatkan kamu untuk selalu bersujud menyembahNya di setiap keadaan apapun.

Sahabatku..
 
Masih sangat kuingat, perbedaan pendapat diantara kita ketika kita masih duduk di bangku sekolah. Katamu saat itu, bahwa tidak mungkin ada persahabatan yang abadi antara wanita dan pria. Pasti ada saatnya salah satu diantara mereka yang akan merasa jatuh cinta dan jika bertepuk sebelah tangan, rusaklah persahabatan mereka. Tapi saat itu akupun membantah. Aku yakinkan kamu bahwa argumenmu tidak benar. Karena kita pun menjalankan demikian. Kita berdua adalah contoh sahabat sejati yang tidak akan saling jatuh cinta sampai kapanpun. Dan waktu itu kamu hanya memandang mataku tanpa kata.

Sahabatku..
 
Ketika sekarang aku terpuruk karena tidak pernah mendengarkan nasihatmu tentang seorang pasangan yang aku kenalkan padamu waktu itu. Ketika sekarang aku menangis meraung-raung karena baru saja kecewa karena perbuatan dan perkataannya. Ketika sekarang aku merasa tidak berguna sama sekali karena telah menghancurkan harapan akan masa depanku sendiri. Ketika sekarang aku ingin pergi sejauh mungkin untuk menghindari rasa maluku. Ketika sekarang aku merasa sebagai pengecut dan pecundang. Kamu ada didepanku. Kamu duduk disampingku. Kamu berdiri dibelakangku.
 
Kamu dengarkan keluh kesahku dengan kedua telingamu. Kamu tatap lembut mataku yang tak pernah berani melihatmu. Kamu usap air mataku dengan kedua tanganmu. Kamu peluk aku dengan kedua bahumu. Kamu yakinkan aku bahwa ini adalah hanya masalah kecil. Kamu sadarkan aku bahwa dia itu akan menyesali perbuatannya suatu saat nanti. Kamu dukung aku untuk selalu menatap masa depan. Kamu bisikkan kepadaku, bahwa aku tidak pantas untuk bersedih. Karena menurutmu aku hanya pantas untuk bahagia.
 
Tak sedetikpun kamu tinggalkan aku. Segala alat komunikasi kamu aktifkan hanya supaya aku gampang mencarimu. Kamu tidak ingin kehilangan jejakku. Pagi-pagi sesaat setelah kamu bangun tidur, kamu selalu menyempatkan diri untuk mengetahui keadaanku. Begitu juga saat malam tiba, kamu akan pastikan aku sudah tertidur sebelum kamu sendiri yang tertidur. Disela kesibukanmu, tidak pernah lupa untuk menyapaku sekedar menanyakan kegiatan apa yang sedang aku lakukan saat itu.
 
Kamu juga selalu mengajakku keluar rumah, meski hanya sekedar minum kopi, makan bakso favoritku, atau nongkrong sekedar menghirup angin malam. Mangajarkanku aku memetik gitar, berceloteh tentang teknik sepakbola, menceritakan tentang sejarah dari buku yang baru kamu baca, mempengaruhiku tentang music, memintaku untuk mendengarkan lagu favoritmu dan semua cara yang hanya mempunyai 1 tujuan. Kamu hanya ingin melihatku tertawa atau tersenyum.

Sahabatku..
 
Bersamamu aku tegar, setegar kamu menghadapi semua permasalahan yang membelenggu hari-harimu. Disampingmu aku merasa kuat, sekuat genggaman tanganmu yang enggan kamu lepaskan. Berjalan bersamamu aku merasa yakin, bahwa aku mempunyai masa depan yang gemilang. Mendengar suaramu aku merasa tenang, karena aku tidak merasa sendirian. Memandangmu aku merasa nyaman, senyaman teduhnya sorot matamu.

Sahabatku..
 
Aku tau, mungkin perjalanan hidupmu lebih berliku dari apa yang aku pernah alami bahkan sampai sekarang ini. Tapi tidak ada sedikitpun keluhan yang terdengar dari mulutmu. Aku tau, mungkin pengalamanmu lebih menyakitkan dari apa yang aku rasakan. Tapi tidak ada satu kata penyesalanpun yang terdengar dari nafasmu.
Aku bangga kepadamu. Dan aku akan buktikan, bahwa aku bisa mewujudkan impianmu. Aku bisa membuatmu bahagia. Ya, dengan senyumku.

Sahabatku..
 
Kini, biarlah sekarang ini aku menjalani semua proses dalam kehidupanku. Relakanlah aku untuk sementara menjauh dari jangkauanmu. Ikhlaskanlah aku untuk menemukan jalan kehidupanku. Bukan aku tidak bisa membalas budi baikmu. Bukan karena aku tidak tau berterima kasih. Bukan karena aku tidak ingin dekat denganmu. Bukan untuk semua alasan negative itu.

Tapi karena satu janji, kelak semua ini akan aku persembahkan untukmu.
Kelak, akan aku tunjukkan tawa kebahagiaanku untukmu..
 
Terima kasih sahabatku, aku siap berlari sekarang ..

0 comments on "sahabatku.."

Post a Comment

Sebelumnya Sesudah Home
 

My Blog List

Labels

Welcome

:: Isi Otak :: Copyright 2008 Shoppaholic Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez