Friday, November 5, 2010

-Surat Biru-


Namaku Biru..

Aku berumur 7 tahun.  Aku tinggal bersama Ayah dan Ibuku. Mereka sangat baik kepadaku. Jarang sekali mereka marah kepadaku, hanya sesekali ketika aku nakal. Ketika aku tidak mau menurut perkataan mereka. Tapi aku tau, aku selalu disayang dan dimanjakan oleh mereka.

Aku tidak punya kakak, dan juga tidak punya adik. Aku tidak tau kenapa. Padahal tiap hari aku sudah bertanya pada Ibu kapan aku punya adik. Aku merasa kesepian jika sedang di rumah. Tapi Ibu hanya tersenyum dan menyuruhku berdoa. Aku tidak tau jika adik terbuat dari sebuah doa. Karena Ibu yang berkata demikian, aku harus percaya. Maka, setiap hari aku selalu berdoa supaya aku punya adik suatu hari nanti.

Minjem gambarnya Divie
Aku suka sekali menggambar. Apa saja ingin aku gambar. Pesawat terbang, kapal laut, mobil, motor, sepeda, tank perang. Tapi aku tidak suka menggambar bunga. Aku bosan melihat teman-temanku suka menggambar bunga, pemandangan, gunung, sawah. Aku lebih suka menggambar yang seperti kulihat di video game, mainan kesukaanku.

Aku tidak suka menulis. Tulisanku tidak rapi. Berantakan. Tidak teratur. Besar dan kecil bentuk hurufnya. Aku bingung bagaimana membedakan huruf besar (capital) dan huruf kecil. Ibu bilang aku harus terus belajar menulis, supaya nanti tulisanku menjadi enak dibaca. Setelah pulang sekolah, Ibu selalu mengingatkanku untuk menulis huruf abjad sampai halaman bukuku penuh. Padahal aku tidak suka menulis, aku lebih suka menggambar. Aku sering ketauan Ibu aku tidak menulis huruf, tapi malah menggambar, dan Ibu marah kepadaku. Aku tidak boleh bermain jika aku tidak menyelesaikan tugasku.

Karena aku tidak suka menulis, aku juga tidak suka membaca. Melihat huruf yang berderet-deret seperti itu rasanya membuatku ingin muntah. Aku sudah belajar mengeja, tetapi aku merasa sulit mengucapkan kata-kata itu bila disambungkan. Tiap malam, Ayah mengajariku membaca. Membaca apa saja. Awalnya Ayah bersikap baik kepadaku, tapi jika aku mulai kesulitan, Ayah tampak jengkel sekali. Aku bingung, aku juga ingin bisa membaca, tetapi rasanya suaraku mulai menghilang jika sudah dihadapkan dengan buku. Apalagi jika ada Ayah disampingku. Aku takut jika Ayah marah kepadaku.

Oya, aku senang jika buku yang harus kubaca ada gambarnya. Aku bisa berlama-lama melihat gambarnya, dan keesokan harinya, pasti akan kugambar seperti yang kulihat. Ini juga yang sering membuat Ayah jengkel kepadaku, karena aku diam memandang tulisan tanpa bersuara. Untung, Ayah tidak pernah tau, jadi aku tidak mendapat hukuman.

Aku sudah sekolah. Kelas 2 SD. Sekolahku agak jauh dari rumah. Ibu yang memilihkan sekolahku. Kata orang, sekolahku
bagus. Sekolahku favorit. Aku tidak tau apa itu favorit, yang aku tau, di sekolahku banyak terdapat mainan.
Dari KB, TK, dan sekarang SD, aku bersekolah disana. Makanya aku sudah hapal dimana tempat mainan, dimana kantin, dimana kelasku, dimana gerbang sekolah, dimana aku harus menunggu bila belum dijemput.

Aku paling suka saat aku sekolah TK. Aku sering disuruh bermain oleh Bu Guru. Aku boleh main perosotan, main ayunan, lari-larian, bahkan aku boleh menggambar sesukaku. Bu Guru sering memuji gambarku. Bu Guru juga sering mengirimkan gambarku ke perlombaan. Meski tidak selalu menang, tapi aku senang aku sudah punya banyak piala di rumah.

Ketika aku harus naik ke kelas 1 SD, aku tidak suka. Mulai banyak pelajaran yang aku tidak dapatkan di TK. Ada Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS, dan lain-lain. Pelajaran menggambar hanya sesekali. Aku sedih sekali. Terkadang pulang sekolah aku harus mengikuti kegiatan ekstra kurikuler seperti berenang, computer dan masih banyak lagi. Semua Ayah dan Ibu yang memilihkan. Awalnya aku suka dengan kegiatan itu, tapi lama kelamaan aku merasa sangat lelah. Aku sudah pernah bilang ke Ibu, tapi Ibu berkata kalau aku tidak boleh absen, karena akan mengurangi nilai dan sayang dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Mungkin karena takut aku ngambek, Ibu akhirnya memberikan iming-iming kepadaku, setelah selesai dengan kegiatan ekstra kurikulerku, Ibu akan membelikan aku buku gambar dan aku boleh menggambar sesukaku. Aku senang dengan janji Ibu ini.

Satu tahun di SD, aku mulai bosan. Aku sudah bilang ke Ibu, aku tidak ingin naik ke kelas 2, aku ingin kembali ke TK. Aku ingin bermain, aku ingin menggambar. Aku tidak ingin menghitung, aku tidak ingin membaca. Tapi Ibu malah marah. Ibu bilang aku tidak boleh nakal. Ibu bilang aku harus terus belajar, supaya tidak hidup susah nantinya. Ibu bilang aku tidak boleh mengecewakan mereka. Ibu bilang aku harus berusaha lebih keras mengejar semua ketertinggalanku.
Aku tidak mengerti, aku hanya bisa diam, dan bilang iya.

Sekarang aku sudah di kelas 2. Berarti aku dinilai mampu oleh Bu Guru untuk menulis, untuk membaca, untuk menghitung. Mudah-mudahan Bu Guru bersikap obyektif ketika memutuskan aku untuk bisa naik ke kelas 2. Mudah-mudahan bukan karena gengsi sekolah, atau gengsi orang tua belaka. Dan aku berjanji akan terus belajar sampai aku bisa. Aku harus terus berjuang supaya aku tidak ketinggalan oleh teman-temanku yang lain. Aku harus terus berusaha supaya Ayah dan Ibu tidak malu jika nanti aku tidak bisa naik ke kelas 3.

Meskipun sejujurnya, Ayah dan Ibu, terkadang aku tidak mampu. Terkadang aku lelah. Terkadang aku ingin berlari. Tapi kau selalu paksakan aku, kau selalu berkata aku harus bisa, aku pasti mampu.

Ayah, Ibu, jika aku mengecewakan nantinya, maafkan aku..


Biru.

(tulisan yang tidak menang di blogging day kompasiana, hehehehe)




0 comments on "-Surat Biru-"

Post a Comment

Sebelumnya Sesudah Home
 

My Blog List

Labels

Welcome

:: Isi Otak :: Copyright 2008 Shoppaholic Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez