Tuesday, September 28, 2010

tentang dia..


Aku kembali melihat profile seseorang di salah satu situs jejaring pertemanan. Entah sudah berapa kali halaman ini kusinggahi. Tak pernah bosan. Sementara halaman itu menyajikan tulisan-tulisan yang belum berubah dan hampir dipastikan aku telah hapal di luar kepala, jendela lain di layar computerku berkedip-kedip menandakan ada sebuah panggilan untuk melakukan percakapan.

Nama yang sama. Orang yang sama pula.

Raya Kusuma.

Bukan seorang yang baru untukku. Orang yang sudah sangat lama kukenal.

Aku mengenal Raya pada saat kami duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di salah satu kota besar di pulau terpadat ini. Aku tidak pernah sekelas dengannya. Tetapi hampir dipastikan seluruh siswa di sekolah kami mengenal sosoknya. Raya memang seorang idola. Bukan hanya teman seangkatan kami yang berusaha mencuri perhatiannya. Kakak-kakak kelas kami pun tidak mau kalah bersaing dengan kami.


Termasuk aku. Aku sangat ingin dekat dengan Raya. Sosoknya yang hampir sempurna membuatku selalu merasa salah tingkah bila berada didekatnya. Aku juga selalu ingin tampil sebagai gadis yang menarik buat Raya. Aku tidak pernah lupa untuk sekedar mengintip lewat jendela jika aku melewati kelas Raya. Entah Raya ada atau tidak, memperhatikan atau tidak, aku tidak peduli. Yang penting aku selalu ingin melihat sosoknya. Jika beruntung bisa melihat Raya, hatiku luar biasa gembira.

Sayangnya selama 1 tahun di kelas 1, aku dan Raya tidak saling kenal. Aku tidak berani untuk mengajukan diri berkenalan dengan Raya seperti teman-teman atau kakak kelas yang lain. Aku terlalu pengecut untuk itu. Alhasil, aku hanya bisa berperan sebagai pengagum rahasia Raya.

Begitu juga saat aku kelas 2 sampai kelas 3, aku tidak pernah berani untuk mendekat kepada Raya. Sempat aku berkesempatan untuk bicara langsung dengan Raya ketika ada acara sosial di sekolah kami. Kebetulan saat itu Raya sebagai ketua panitianya, dan aku menawarkan diri sebagai volunteer. Tentu saja Raya menyambut gembira keikut sertaanku dan dengan senang hati mengajakku untuk bergabung di program yang dipimpinnya itu. Tetapi tetap saja aku tidak secara penuh mendapat perhatian dari Raya. Karena volunteer yang ada kurang lebih berjumlah 30 orang. Aku tidak peduli, bagiku bisa melihat Raya, memandangnya ketika menjelaskan sesuatu sudah sangat lebih dari cukup.

Tidak sampai disitu usahaku untuk dekat dengan Raya. Karena Ia adalah kapten team sepakbola sekolah kami, maka sejak saat aku menyatakan diri jika aku menyukai sepak bola. Aku berusaha untuk tahu team-team terkenal di semua liga. Aku berusaha menghapal nama-nama pemain sepakbola. Aku berusaha untuk tahu taktik dan pola permainan sepakbola. Bahkan aku kadang-kadang ikut menggunakan bahasa sepakbola pada saat berbicara dengan teman-temanku. Padahal jika dipikir-pikir buat apa aku melakukan ini semua, toh aku juga bukan anggota team sepakbola bukan? Entahlah, yang jelas, dengan aku menyukai sepakbola, kans ku untuk mendekati Raya akan semakin besar. Paling tidak aku dan Raya bisa membicarakan tentang sepakbola satu saat nanti.

Ternyata aku salah besar. Semua usaha yang kulakukan untuk mendekati Raya terjawab sudah. Sia-sia. Karena Raya akhirnya menjatuhkan pilihan kepada adik kelasku. Aku sakit hati. Aku marah. Aku benci pada adik kelasku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak berhak untuk melarang mereka berpacaran. Aku bahkan tidak berhak untuk menuntut Raya. Karena baginya aku bukan siapa-siapa.
Dan akupun bertekad untuk melupakan Raya. Melupakan cinta pertamaku di SMA. Pergi menjauh dari Raya.

Sudah kuusahakan untuk melarikan diri ke kota lain selepas SMA. Kota yang lebih besar yang sekiranya dapat menawarkan racun yang telah membelenggu hatiku. Untuk sesaat aku memang dapat melupakan Raya. Selebihnya, aku harus akui jika hanya ragaku saja yang berada di kota besar ini. Tidak dengan hatiku. Aku masih penasaran dengan Raya. Sering aku menanyakan keadaan Raya ketika aku bertemu dengan teman-teman SMA ku. Tidak banyak kabar yang kudengar, hanya sebatas Raya sudah menikah dan mempunyai seorang anak dengan Rena, adik kelas ku.

Sampai disitu aku bertekad untuk menghentikan pencarianku. Aku sadar bahwa Raya sudah tidak mungkin teraih. Raya sudah resmi menjadi milik orang lain. Aku harus memulai kehidupan cintaku bersama orang lain. Ya orang lain, selain dengan Raya tentunya. Rasa sakit hati, dendam, kecewa, menjadikan aku sebagai seorang petualang cinta. Sakit hati karena akhirnya Raya memilih gadis lain; dendam karena tidak bisa menunjukkan kepada Raya bahwa aku juga mampu mempunyai kekasih yang lebih dari Raya; kecewa karena aku terlalu pengecut untuk sekedar mengungkapkan perasaanku kepada Raya.

Semakin aku berusaha menjauh dan melupakan Raya, justru semakin banyak tanda-tanda yang Dia ciptakan untuk mendekatkan aku dengan Raya. Salah satunya adalah gencarnya informasi tentang keberadaan Raya dari teman-teman yang menceritakan bagaimana dan dimana Raya berada, dan yang paling mengejutkan yaitu secara tiba-tiba Raya sudah ada di daftar friend request di akun salah satu situs pertemanan milikku pagi itu. Dengan sangat hati-hati aku baca perlahan info yang tersaji disana. Ya, aku sangat yakin jika Raya Kusuma ini adalah Raya yang selama ini aku ingin hindari.

Bukannya menekan tombol ignore, seperti yang biasa aku lakukan jika tidak ingin menjalin pertemanan dengan seseorang, aku malah menekan tombol confirm. Dan tidak lama setelah itu, muncul 1 notifikasi bahwa ada sebuah pesan masuk di inbox. Dari Raya.
Sejak itulah hubunganku dengan Raya kembali menghangat meski hanya sebatas dunia maya. Tidak hanya di situs ini, layanan chatting pun tidak lupa aku manfaatkan. Jarak yang terbentang jauh diantara aku dan dia tidak membatasi percakapan. Telepon dan layanan pesan singkat pun akan menjadi alternative jika tidak tersedia jaringan internet.

Ternyata Raya memang seorang yang asyik untuk dijadikan partner berdiskusi. Pengalaman organisasi dan kehidupannya membuat seorang Raya semakin bijak. Inilah yang akhirnya membuatku untuk tidak bisa tidak menghubungi Raya sebentar saja. Aku selalu merindukan untuk sekedar menyapanya di dunia maya, atau sekedar mendengar suaranya di telepon.

Percakapan yang tidak lebih dari sepasang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Tidak ada sedikitpun aku ingin memberi tahu Raya bagaimana perasaanku dulu. Aku sudah terlalu senang jika bisa berkomunikasi dengan Raya, itu saja. Akupun tidak ingin menanyakan tentang keluarga Raya yang sudah aku dengar sebelumnya. Tidak. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu yang bermanfaat untuk ku dan untuk Raya.

Sempat terputus beberapa bulan komunikasiku dengan Raya. Bukan karena disengaja. Aku dan Raya akhirnya terpisahkan oleh kesibukan. Aku disibukkan oleh rencana kepindahanku ke kota asal, sedangkan Raya disibukkan oleh sebuah proyek besar yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

Hingga di suatu sore yang basah.

Raya memanggilku via Yahoo! Messenger. Kaget, secara tiba-tiba, kebetulan dan tidak ada isyarat apapun. Setelah berbasa-basi menanyakan kabar, akhirnya kami pun membuat janji untuk bertemu malam itu. Raya menawarkan diri untuk menjemputku, tetapi karena menghindari rasa canggung, aku memutuskan untuk bertemu di sebuah coffee shop tidak jauh dari tempat tinggalku. Bagaimanapun juga ada rasa tidak siap untuk bertemu Raya setelah hampir 11 tahun tidak pernah saling bertatap muka. Tetapi karena agenda pertemuan ini dikhususkan untuk melihat pertandingan team sepakbola favorit kami, maka akupun meng-iya-kan, sambil berharap dalam hati, semoga pertandingan nanti berlangsung seru, sehingga aku dan Raya tidak perlu terlalu banyak berbincang.

Raya yang kutemui masih seperti Raya 11 tahun lalu. Dengan wajah yang masih segar, berkulit putih, tinggi semampai, hanya badannya yang agak gemuk dibanding dulu. Dan senyumnya. Senyum yang masih sangat kuingat. Bergetar aku bisa bertemu Raya saat itu. Apalagi akhirnya bisa duduk berdampingan. Hal yang sangat kuingini semasa SMA.

Aku bersyukur malam itu akhirnya terlewati dengan sempurna. Pertandingan sepakbola tersaji apik. Sehingga aku dan Raya bisa sangat menikmati pertemuan itu. Tidak sia-sia juga akhirnya dulu aku sempat memutuskan untuk menyukai sepakbola. Alhasil percakapan yang terciptapun hanya sebatas sepakbola dan pertanyaan basa basi.

Jauh dari dalam hati, aku menginginkan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Entah kenapa aku merasakan kenyamanan seperti yang kurasakan ketika berbincang dengan Raya di dunia maya. Ternyata memang selama ini Raya tidak berpura-pura. Raya menampilkan pribadi yang apa adanya.

Dan keinginanku berbalas. Keesokan harinya Raya kembali mengajakku untuk bertemu. Sekedar minum kopi, begitu katanya. Hampir setiap malam aku menghabiskan waktu bersama Raya di sebuah café yang akhirnya menjadi tempat favoritku dan Raya. Aku suka melihat Raya tertawa lepas, aku suka mendengarkan Raya menceritakan pekerjaannya, aku suka ketika Raya terheran-heran melihatku fasih berbicara tentang sepakbola, aku suka ketika Raya mengejekku ketika pemain bola favoritku bermain jelek, aku suka ketika Raya memujiku, aku suka ketika Raya terdiam mendengarkan ceritaku, aku semua yang terjadi antara aku dan Raya.

 Sempat ingin kutanyakan perihal keluarganya, supaya tuntas rasa penasaranku, tapi selalu saja mulutku tidak menyanggupinya. Biarlah. Biarlah waktu yang menentukan kapan saat yang tepat untuk membahas tentang ini. Demikian juga dengan perasaanku. Semakin sering aku bersamanya, semakin aku tidak ingin mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku. Aku hanya ingin menikmati kebahagiaanku saat bersama Raya. Saat aku dekat dengan Raya.paling tidak untuk saat ini.

Ah, Raya.

Sampai akhirnya di suatu pagi di akhir pekan. Ketika aku sedang melihat info profile Raya di situs itu. Raya memanggilku via Yahoo!Messenger. Hanya sebuah pesan singkat yang mengabarkan jika Raya sudah dalam perjalanan ke rumahku. Terang saja aku jadi kelabakan sendiri. Tanpa bisa menolak, akhirnya kuputuskan untuk segera bergegas mandi dan berganti pakaian sambil menunggu kedatangan Raya yang memang tidak berselang lama.

Raya mengajakku pergi keluar kota, mencari udara segar. Ke daerah berhawa dingin. Tidak begitu jauh dari tempat tinggalku yang memang di daerah perbukitan. Setelah sampai di suatu titik terindah, menurutku, Raya menghentikan motornya dan mengajakku duduk di rumput yang memang disediakan oleh pemerintah setempat untuk menikmati pemandangan. Sejuk.

Raya duduk di sebelahku. Matanya memandang kesatu titik di depan. Sambil mengisap rokok kesukaannya, Raya menceritakan mengapa Ia tiba-tiba ingin mengajakku ke tempat ini. Awalnya secara tidak sengaja Ia membaca sebuah postingan dariku yang menceritakan tentang indahnya tempat ini. Secara khusus Raya kemudian pergi sendiri kesini dan Raya menyatakan jatuh cinta dengan tempat ini.

Aku tertawa mendengar alasan Raya. Di saat itulah aku tersadar jika Raya tidak sedang bercanda seperti biasanya. Wajah Raya terlihat ada sebuah beban. Raya terdiam, tidak menanggapi tawaku. Sambil berkata pelan,dan tanpa kutanya ada apa, Raya menceritakan tentang kehidupan pribadinya. Tentang rumah tangganya. Tentang semuanya.

Tertegun aku mendengarnya. Tak kusangka ternyata Raya mempunyai cerita yang tak pernah terbayang sebelumnya. Raya yang begitu kupuja, Raya yang tampak sempurna, Raya yang bijak, dan segala Raya yang mampu membuat wanita di dekatnya merasa nyaman, tidak nampak saat itu. Akupun hanya bisa mematung. Terdiam. Tanpa bisa berbuat apa-apa.

Usai bercerita, Raya hanya memegang tanganku dan mengucapkan terima kasih, karena aku mau mendengarkan kisahnya. Itu yang Raya inginkan saat ini. Aku hanya mengangguk dan membalas genggaman tangan Raya. Karena aku juga tau, hanya itu yang Raya butuhkan saat ini.

Entah apa yang membuat Raya akhirnya mau menceritakan rahasia yang paling dijaganya selama ini kepadaku. Aku tidak tahu. Yang jelas, di bukit ini, aku menemukan kembali satu sosok yang tersembunyi dari diri Raya. Aku menemukan satu bentuk kepercayaan dan kenyamanan dari diri Raya. Aku menemukan satu rahasia bahwa benar, tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Sesaat, aku memandang wajah Raya, dan berkata dalam hati, aku rindu tawamu Raya. Sumpah, aku rindu..

0 comments on "tentang dia.."

Post a Comment

Sebelumnya Sesudah Home
 

My Blog List

Labels

Welcome

:: Isi Otak :: Copyright 2008 Shoppaholic Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez