Thursday, July 29, 2010

Dua Sembilan, Sebuah Refleksi..


Dua Sembilan..

Angka itu.. akhirnya sampai juga saya disini.

Sebentar berkilas balik..  Ternyata saya memang belum bisa berbuat apa-apa. Berbuat sesuatu yang menjadikan saya sebagai seseorang yang ‘berbeda’ dari sebelumnya.

Setahun lalu, banyak janji yang saya ucapkan, mau beginilah, begitulah.. Yah, ternyata sifat kemanusiaan saya teruji sekarang. Gampang berkeinginan tanpa kuasa membuktikan.

Tapi saya tidak pernah menyesal. Karena saya tetap berharap bahwa saya akan terus diberi kesempatan. Kapanpun itu.

Iseng, saya coba buka tulisan saya setahun lalu. Hmm, kurang lebih masih sama dengan keadaan saya sekarang. Naik dan turun. Plus dan minus.

Masih belum menikah, meski saat ini saya sedang berusaha mempunyai hubungan yang serius (sebuah kemajuan bagi saya).

Sudah tidak bekerja, keputusan yang harus saya ambil, tidak dengan keterpaksaan, tetapi dengan sebuah harapan yang sampai saat ini pun saya belum temukan jawabannya (tak terdefinisikan, bisa kemajuan, bisa kemunduran).

Memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua (kemunduran bagi saya).

Belum punya penghasilan tambahan (kemunduran juga bagi saya).

Waduh, ternyata jika dibuat daftar, kok sepertinya hidup saya jadi mundur begini ya? Jadi, apa saja yang sudah saya lakukan setahun lalu? Oh, Tuhan, untung Engkau Maha Pengampun, jika tidak, mungkin Engkau sudah kesal dengan sikap dan perbuatan saya yang ‘tidak menghasilkan’ apa-apa setahun ini.

Lemas rasanya setelah mengetahui kemunduran saya, seakan merasa tidak berguna, tidak bisa membahagiakan keluarga dan semua yang mecintai saya. Oleh karena itu, makanya saya tidak terlalu bersemangat untuk menyongsong angka Dua Sembilan ini. 

Kalau bukan karena kekasih saya, atau kalau bukan karena teman saya, malas sekali saya mengingat akan tibanya hari ini. Apalagi sebelum hari ini tiba, penyakit lama saya yang sudah sekian bulan tidak pernah datang, tiba-tiba menghampiri saya. Apakah untuk tujuan supaya saya lupa dengan hari ini, atau justru mengingatkan bahwa saya masih punya tanggung jawab untuk menyembuhkan diri saya. Entahlah, tapi sedikit banyak, penyakit saya ini mampu menyelamatkan jiwa saya untuk sementara. Jiwa untuk tidak terlalu ber-euforia, atau jiwa untuk tidak terlalu acuh tak acuh.

Sambil menahan kantuk, karena rasa sakit yang menyerang agak mengganggu jam tidur saya, ditambah lagi seringnya bunyi dering ponsel tanda ada message yang masuk, saya paksakan untuk bangun dan (mau tak mau) bersadar diri telah sampai di angka Dua Sembilan. Welcome!

Membalas pesan ucapan selamat ulang tahun, membalas pesan yang ditinggalkan di wall akun facebook saya, menjadi kegiatan yang sangat menyibukkan hari ini. Saya paksakan untuk melakukan wall to wall satu persatu. Pikir saya, jika mereka saja meluangkan waktu untuk menulis ucapan, doa, dan harapan bagi saya di wall saya, kenapa juga saya tidak punya waktu untuk membalas itu semua. Benar tidak? Sudah selayaknya penghormatan dibalas dengan penghormatan, bukan?

Setelah saya pastikan tidak ada yang terlewat, saya teringat sesuatu yang berhubungan dengan angka Dua Sembilan juga. Ya, beberapa hari yang lalu, saya telah mendaftar untuk ikut meramaikan acara yang diselenggarakan oleh Kompasiana, tempat saya berbagi pikiran selama ini dalam 100 menit 1000 tulisan. Awalnya hanya iseng, dan berasa mempunyai segudang ide yang akan dituangkan pada acara itu. Ternyata sampai pagi inipun, belum ada satu tulisanpun yang terbentuk. Alih-alih mau dapat hadiah, dapat inspirasipun sudah lebih dari cukup, pikir saya.

Begitulah, ternyata sampai pagi ini saya sudah merasa kalah sebelum berperang. Ide tidak ada, rasa ingin menulis pun lenyap. Tapi melihat dari semangat sesama kompasioner, membaca beberapa curahan hati mereka, kekhawatiran mereka, malah justru menimbulkan satu ide untuk saya. Dan dengan kenekatan yang luar biasa, kepedean yang sangat tinggi, saya akhirnya memberanikan diri untuk ikut serta bersemangat menyambut acara ini.

Kalah atau menang bukan menjadi tujuan saya, meski sayapun tak menolak jika hadiah yang ditawarkan bisa mampir ke rumah saya. Yang ingin saya garis bawahi, ternyata ide, inspirasi, bisa datang kapanpun disaat yang tak terduga meski tak ada kemauan sekalipun.

Akhirnya, saya hanya bisa berharap, semoga angka Dua Sembilan ini akan menjadi awal yang baik bagi kehidupan saya selanjutnya.

Terima kasih Kompasiana yang menyelenggarakan Blogging Day pada tanggal Dua Sembilan, di usia saya yang ke Dua Sembilan.

Dua Sembilan, I’m ready…

(curahan hati karena gagal nembus server kompasiana)

0 comments on "Dua Sembilan, Sebuah Refleksi.."

Post a Comment

Sebelumnya Sesudah Home
 

My Blog List

Labels

Welcome

:: Isi Otak :: Copyright 2008 Shoppaholic Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez