Friday, July 10, 2009

kamu...



Aku memang telah lama mengenal kamu. Akupun telah terbiasa untuk ngobrol dengan kamu. Dan kebersamaan kita ini bukanlah hal yang aneh, bukan pula hal yang tidak biasanya. Sungguh sagat wajar malah. Aku dan kamu terbiasa bercanda, aku dan kamu terbiasa untuk bersikap apa adanya. Aku dan kamu juga terbiasa bertingkah seolah-olah aku dan kamu adalah sepasang kekasih. Ya, karena aku dan kamu tau, aku dan kamu sadar bahwa aku dan kamu adalah sahabat dekat, teman senasib dan sepenanggungan.


Itu dulu…

Sekarang, ketika semuanya aku rasakan lain, ketika semuanya sudah jauh melenceng dari rule yang sudah aku dan kamu buat, ketika semuanya sudah melibatkan hati dan perasaan, aku tak tahu harus berbuat apa.

Aku hanya berpikir mungkin perasaan ini akan lewat sebentar, tanpa pernah mengendap di hatiku. Hmm, ternyata kali ini aku salah. Semakin aku berusaha untuk menyalahkan apa yang kini mendiami relungku, justru dia semakin kuat bertahan disana. Dan tak dapat aku mencegahnya.


Kamu memang baik, aku mengerti itu. Kamu juga periang, aku paham itu. Kamu tidak pernah melukai perasaanku, aku mengakui itu. Dan bahkan, kamu lakukan itu semua tidak hanya kepadaku, tetapi kepada semua teman-teman mu, tanpa memilih. Kamu selalu membuat mereka tertawa, kamu bisa membuat mereka merasa selalu ingin dekat denganmu. Kamu juga berusaha untuk membuat mereka nyaman seperti saudara sendiri. Dan aku sangat-sangat mengerti itu.

Karena akupun merasakan apa yang mungkin mereka rasakan. Aku selalu berusaha mencari perhatian kamu, aku selalu ingin menjadi seseorang diantara mereka yang mendapat kasih sayangmu lebih. Aku juga berharap kamu tidak akan pernah berubah, aku ingin menjadi bagian dari hidupmu, dari tawamu, dari bahagiamu.

Kamu tau, aku akan menjadi orang pertama yang tidak rela jika melihat kamu menangis.

Mungkin aku tak akan pernah berpikir kalau rasa yang aku punya ini akan menjadi seberat ini. Mungkin aku tak akan pernah menyangka kalau apa yang ada sekarang ini akan menjadi sesuatu beban dari hidupku. Dan mungkin aku juga tidak akan pernah menduga kalau akhirnya aku sangat takut kehilanganmu.

Ya, akhirnya aku harus mengakui hatiku sakit ketika aku melihat kamu akrab dengan teman-temanmu, hal yang seharusnya sudah aku pahami.

Akhirnya aku mengerti mengapa aku hatiku begitu panas membara ketika aku lihat kamu bercanda mesra dengan salah seorang diantara mereka, hal yang seharusnya tidak menjadi asing lagi bagiku.

Akhirnya aku menyadari ketika aku harus menahan emosi melihat kamu merawat seseorang dari mereka yang sedang sakit dengan kasih sayangmu itu, hal yang seharusnya membuatku bangga, karena kamu lakukan itu dengan ketulusan.

Tapi aku tidak pernah berani untuk berkata jujur, aku tidak pernah berani untuk mengungkapkan semuanya, aku juga tidak pernah berani untuk menunjukkan apa yang kurasa.

Aku hanya bisa diam, hanya bisa tersenyum, dan hanya bisa menahan perih bila mengingat itu semua.

Terkadang, aku heran, kamu tau apa yang sedang kurasakan, sampai-sampai kamu berusaha sekuat tenaga menanyakan apa yang terjadi padaku. Kamu selalu tau jika aku sedang memikirkanmu. Kamu selalu paham jika suasana hatiku berubah. Kamu selalu mengerti jika aku ingin dekat denganmu.

Dan, kamu berikan itu semuanya tulus, tanpa mengharapkan imbalan apapun dari aku. Tanpa mengharapkan balasan apapun dari aku.

Kamu memang seperti malaikat, tidak hanya bagiku, tapi bagi semua teman-temanmu. Tidak ada satupun dari mereka yang ingin jauh dari kamu. Semua kegiatan yang mereka adakan, selalu ingin ada kamu didalamnya.

Aku tidak mengerti apakah mereka mempunyai perasaaan yang sama denganku, atau memang mereka pure ingin berteman dekat denganmu.

Ketika sekarang aku merasa sangat merindukanmu, ketika sekarang aku merasa ingin dekat denganmu, ketika sekarang aku tak ingin melewatkan waktu sebentar pun denganmu, apakah ini salah??

Apakah ini tidak boleh??

Apakah ini dilarang??

Padahal aku tau, kamu pun mempunyai seseorang yang sangat kamu cintai, seseorang yang bisa memberikan segalanya untuk kamu, seseorang yang bisa menerima kamu apa adanya, seseorang yang mungkin akan menjadi tempat kamu untuk berbagi rasa suka dan duka. Dan aku cemburu untuk alasan itu semua.

Tapi, sekali lagi,hatiku berontak, apakah yang terjadi denganku, wahai sahabatku?

Karena akupun tau bukan aku yang ingin merasakan ini. Bukan aku yang memaksa hatiku untuk mempunyai perasaaan ini. Bukan aku yang meminta agar diberikan ‘sesuatu’ ini.

Yang aku tau, hanya ketulusan, yang aku tau hanya ada keikhlasan, yang aku tau hanya kejujuran. Dan mungkin aku juga tau bahwa ini bagian dari pengkhianatan.

Deg, aku kaget mendengar suara hatiku berkata tentang hal itu. Pengkhianatan. Kata yang sangat-sangat jauh dari otakku, dari pikiranku selama ini.

Kata yang rasanya sangat tidak pantas ada di muka bumi ini. Kata yang sangat aku hindari. Kata yang tidak ingin aku dengar, apalagi aku lakukan, bahkan terlibat didalamnya.

Tapi kenapa justru kata-kata itu yang malah sering menghampiriku akhir-akhir ini. Tanpa pernah bisa kucegah.

Dan aku paham mengapa hatiku bisa tercetus kata itu. Ya, karena aku sudah mempunyai seorang kekasih, aku sudah mempunyai seorang tambatan hati.

Dia yang selama ini berusaha menjaga hatinya untukku, dia yang selama ini menemaniku dalam suka dan duka, dia yang selama ini sudah mengikrarkan janji setianya terhadapku, dia yang selama ini berusaha untuk menjaga perasaanku.

Dan tanpa pernah dia sadari, aku telah berbuat curang, aku telah lalai menjaga hatiku, aku telah menodai janji setiaku, aku telah menduakan hatiku, dan ternyata aku juga tidak berusaha menjaga perasaannya.

Aku tidak mengerti siapa yang harus aku persalahkan. Karena aku sendiri tidak ingin dipersalahkan. Egois memang. Tapi sekali lagi, bolehkah aku mencari pembenaran akan kejadian ini?

Kamu dan dia memang berbeda. Apa yang ada di kamu, tidak ada di dia. Apa yang kamu lakukan, jarang atau hampir tidak pernah dia lakukan. Apa yang aku terima dari dia, beda sekali dengan apa yang aku terima dari kamu.

Bahkan, sekarang aku sudah mulai membuat perbandingan. Mulai mencari kelemahan dia yang selama ini tertutupi oleh kebaikannya. Mulai mencari alasan supaya apa yang terjadi kepadaku adalah bukan kesalahanku. Yang terjadi padaku adalah nasib, adalah takdir.

Hmm, sekarang aku malah mulai mengkambing hitamkan takdir, nasib, sebentar lagi pasti waktu juga akan terbawa-bawa. Rasa-rasanya aku semakin lama akan semakin gila. Semakin aku mencari alasan dibalik semua ini, aku semakin tidak waras.


Kini…

Aku hanya ingin menikmati apa yang ada di hidupku. Seperti yang pernah kamu bilang waktu itu, ketika aku berusaha menanyakan pendapatmu jika ada suatu kejadian yang mirip dengan apa yang kualami ini. Kamu tidak menyalahkan aku, kamu tidak menyalahkan nasib, kamu juga tidak berusaha mencari alasan di balik ini semua. Kamu cuma yakinkan aku kalau semua yang terjadi adalah hak dari Pencipta. Aku, kamu, dia hanya bisa menerima tanpa bisa menawar. Dan itulah yang akan menjadi tugas dan tanggung jawab kita, apakah akan menjadi sesuatu yang baik, atau mungkin kebalikannya. Kata kamu, waktu itu. Sesederhana itu kamu memandang arti hidup, sesederhana itu kamu menjalani kehidupanmu. Sesederhana sikap dan perbuatanmu selama ini.

Jujur, aku cukup terkesan dengan jawaban kamu. Sekarang akupun percaya, sungguh benar apa yang mereka katakan tentangmu. Tak heran jika kamu adalah mutiara bagi mereka yang pasti akan selalu mereka jaga.

Akhirnya akupun bisa menerima rasa, kejadian, perasaan, sekarang ini dengan sangat lega. Aku mau menjadi orang yang bisa menikmati hidup dari segala segi, seperti kamu, wanitaku, inspirasiku.

Kalau hatiku ingin menyayangimu, aku akan lakukan itu. Kalau hatiku ingin menjauhimu untuk menjaga perasaan dia, aku juga akan lakukan. Kalau hatiku berkata bahwa kau yang terindah, aku akan katakan langsung di depanmu, tanpa ragu.

Karena, maaf cintaku, aku harus akui, kamu memang terindah bagiku…

3 comments on "kamu..."

TOMY NASARANI on July 10, 2009 at 11:44 PM said...

hanya wanita sepertimu yang bisa mendamaikan hati kaum hawa.... :-)

TOMY NASARANI on July 10, 2009 at 11:57 PM said...

hanya wanita sepertimu yang bisa mendamaikan hati kaum adam.... :-)

-eRda- on October 17, 2009 at 8:52 AM said...

mas tom... wkwkwk,, serius niy???

Post a Comment

Sebelumnya Sesudah Home
 

My Blog List

Labels

Welcome

:: Isi Otak :: Copyright 2008 Shoppaholic Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez